Selasa, 28 Oktober 2008

Tentang Menulis

Duuh… susah nih!! Gimana sih musti mulai?? Dari mana? Ya, Minggu pagi ini Mirna (nama samaran, he he) ngedumel nggak karuan. Ia barusan dapat tugas dari guru Bahasa Indonesia untuk membuat sebuah karangan narasi. Pusing tujuh keliling. Judeg, mangkel dan semuanya jadi satu rasa: nano-nano. Arggg!! Ia yang dinominasikan sebagai siswa terbaik itu seperti kehilangan kepandaiannya.
Lain lagi dengan si Anton (juga nama samaran), tangannya bergetar seperti handphone yang berdering waktu jari-jemarinya hendak menari di atas selembar kertas. Sulit minta ampun. Mulai dari mana?? Padahal konsep karangan sudah jadi. Tinggal mengembangkan apa yang sudah ada. Data-data di kepala juga sudah komplit. Tapi kenapa masih juga sulit?? Duh, kok gini ya?? Pengalamannya mengirim begitu banyak cerpen di majalah sepertinya nggak mau kompromi di saat seperti ini. Bah!! Sekali lagi, Bah!!
Dua ilustrasi di atas kerap dialami oleh banyak dari orang-orang di sekeliling kita. Data sudah ada, konsep sudah jadi. Pengalaman menulis bisa dibilang lumayan. Kepandaian juga bisa dikata hebat. Ibarat perang, semua senjata sudah lengkap. Namun ketika perang sudah dimulai, semua senjata yang telah disiapkan jadi kagok. Mana yang dibidik, mana yang digunakan. Bingung tak karuan. Marah dan uring-uringan jadi alternatif dan pilihan. Habis, mau gimana lagi?? Gak tahu lagi musti gimana khan??
Banyak orang bilang bahwa dengan banyaknya pengalaman menulis akan semakin mempermulus langkah kita dalam menulis. Namun fakta membuktikan bahwa cukup banyak orang yang pandai dan berpengalaman mendapati kesulitan dalam menulis. Lantas apakah salah dengan kepandaian itu?? Lalu apakah pengalaman itu tidak berguna?? Tentu saja tidak!! Kepandaian dan pengalaman kita sangat membantu dalam hal ini. Lantas di mana letak permasalahannya??
Seseorang pernah mengatakan: “Writing doesn’t get easier with experience. The more you know, the harder it is to write.” —Tim O’Brien. Kurang lebihnya sih dia mengatakan gini: “Menulis tidaklah mudah dengan pengalaman. Semakin banyak pengetahuan kita, maka semakin sulit kita untuk menulis.”
Logikanya di mana sih??? Faktanya sih, dengan semakin kaya kita akan pengalaman dan semakin pandai kita akan pengetahuan, maka keinginan kita untuk menuangkan kepandaian dan pengalaman ke dalam tulisan akan semakin besar. Hal itulah yang mempersulit kita dalam menulis. Mustinya kita bisa mengelola pikiran kita. Jangan biarkan ide terlalu berkembang. Konsep yang telah kita buat bisa jadi senjata yang ampuh untuk membatasi pengembangan ide. Namun hal itu harus diimbangi pula dengan pengurangan keinginan kita untuk memasukkan keinginan kita ke dalam tulisan. Kita berharap agar orang lain mengerti apa yang kita tahu, sekedar menyiratkan bahwa kita adalah penulis yang berpengalaman. Namun kita juga harus menyadari bahwa keinginan kita untuk itu sudah merupakan hambatan dalam menulis.
Jadi, batasi keinginan kita. Sesuaikan tulisan dengan konsep yang telah ada. Jangan pernah keluar dari konsep. Kurangi egoisme kita, karena penulis yang egois adalah penulis yang gagal. Ia berharap agar orang mengerti apa yang ia tulis, tanpa mau tahu bahwa pembaca juga ingin dimengerti dalam membaca. Nah mulai dari sekarang, apakah Anda siap untuk menulis?? Bravo!!

Tidak ada komentar: