Kamis, 30 Oktober 2008

SURINAME

Deni terus saja menguap. Badannya yang nggak bisa dibilang gemuk itu masih terbaring di pembaringan. Masih malas untuk beranjak dari kepulauan impian yang masih tercetak jelas di atas bantalnya. “Uahhhh….” Ia menguap lagi. Untung aja ini hari Minggu, jadi ia tak perlu kawatir kesiangan. Paling yang ia dengarkan saat ini adalah suara nyanyian ibunya yang sedari tadi pagi “meneror” tidurnya. “Den, ayo lekas bangun!!”
Deni mencoba beringsut dari tempatnya, menghampiri radio transistor tua pemberian kakeknya. Sebuah radio tua yang masih saja garang, segarang kakeknya. Suaranya masih kenceng, menggelegar dan sangar. Dinyalakanlah radio itu, dan diputar gelombang yang bagus. Puter kanan, puter kiri, lantas berhenti di tempat. Pas, tepat di atas gelombang frekwensi milik pemerintah, RRI. Sebuah nyanyian terdengar indah, yang nyaris saja mengantar Deni kembali ke alam mimpinya. Untung saja lagu itu segera selesai.
Informasi ringan yang terdengar dari Indra, penyiar yang pagi itu lagi on air, mengalir bagai air jernih yang menyejukkannya. Suaranya merdu, bersih sekali. Disusul kemudian suara iklan: “Den, ayo lekas bangun!!”
Suara penyiar terus mengalir, membuai Deni, hingga ia terbawa arus aliran itu. Terbawa jauh, hingga ke Suriname. Ya, Suriname. Sebuah negara di bagian wilayah timur laut Amerika Selatan, yang disebut Guyana. Ia terdampar di sana, di sebuah pantai yang ditemukan oleh Columbus itu.
Hampir 150 tahun setelah Columbus menemukan daerah pantai timur laut Amerika Selatan itu, belum terdapat permukimam tetap orang Eropa di sana. Para penjelajah menyadari bahwa dongeng harta karus emas El Dorado tidak dapat ditemukan di Guyana. Sebaliknya, apa yang mereka jumpai ketika menembus daerah luar pantai adalah hutan yang lebat dan buas.
Perusahaan Dagang Hindia Barat Belanda mendirikan tempat perdagangan yang kecil di tepi pantai pada permulaan abad ke-17. Wilayah itu dimenangkan oleh Belanda dari Inggris tahun 1667. Angkata Laut Belanda menyerang Suriname dan komandan Inggris di Suriname menyerah. Dengan adanya Perjanjian Breda yang mengakhiri perang, Inggris mengakui kemenangan Belanda ini dan Suriname menjadi bagian wilayah Kerajaan Belanda. Berdasarkan perjanjian itu pula Belanda menyerahkan New Amsterdam, sekarang New York kepada Inggris.
Dari mulai 1922, status Suriname diubah dari sebuah tanah jajahan menjadi sebuah bagian wilayah Kerajaan Belanda. Suriname diberi hak memerintah sendiri untuk urusan dalam negeri pada tahun 1954 dan kemerdekaan penuh pada tahun 1975. menurut konstitusinya, seorang presiden dipolih oelh parlemen sebegai kepala negara dengan masa jabatan 5 tahun, sedangkan perdana menteri bertugas sebagai kepala pemerintahan. Akan tetapi, kaum militer mengambil alih kekuasaan pada tahun 1980 dan menangguhkan konstitusi. Selanjutnya negara diperintah oleh Junta Militer Nasional dan kemudian Pusat Kebijakan, suatu badan sipil di bawah kendali militer.
Sebuah guyuran air tumpah dari atas. BYURR. Disusul suara iklan lagi:”Den, ayo lekas bangun!!” Arrgggg…… Deni yang baru saja menyusuri pantai Suriname itu jadi basah. Bukan karena ombak tepian pantai itu, tapi karena guyuran dari iklan dan nyanyian ibunya. “Awas kalau nggak bangun, bukan air saja nanti. Ayo…”
Duh, Deni yang udah basah mau nggak mau harus bangun. Tapi lumayanlah, radio itu udah kasih banyak informasi kepadanya. Ia jadi ngerti tentang Suriname, negara yang dimerdekaan Belanda. Ia juga tahu bahwa orang Jawa adalah penduduk terbesar ketiga di sana setelah keturunan Afrika dan India. Itu adalah akibat buruh kontrak yang dipekerjakan oleh Belanda. Tapi udahlah. Ia mau bangun dan mematikan radionya. Tapi,… kok radionya nggak nyala?? Saat ditanyakan keibunya apakah ibunya yang matiin radio, ibunya malah marah. Dengan sewot dikatakan bahwa lampu PLN padam dari kemarin malam. Jadi,… jadi yang tadi itu apa???

Tidak ada komentar: